IBLIS hakikatnya adalah ego, yaitu keadaan keterpisahan dari ke-ESA-an, disebabkan kelamnya hati. Maka dari sebab iblis/ego inilah muncul segala macam syetan.
SYETAN artinya adalah jauh, yaitu segala kondisi hati, fikir, dan perbuatan yang jauh dari Tuhan/Kesucian. Sehingga sehari-hari hanya ada panas neraka membakar di dada: benci, jengkel, amarah, dendam, iri, dengki, dan sebagainya.
KAFIRUN artinya adalah orang yang menutupi, yaitu menutupi/mengingkari nur ilahi yang ada pada dirinya. Sehingga perbuatannya hanya merusak, jauh dari kesucian, jauh dari Rohman Rohim (kasih sayang). Dengan kata lain kafirun adalah pelaku syetan (jauh) tadi.
Segala ritual (sistem ibadah) dalam semua agama di dunia ini tujuan hakikinya adalah untuk membersihkan hati dari ego/iblis, yang otomatis akan membersihkan syetan - syetan (perbuatan jauh dari suci). Menjauhkan diri dari laku kafir (menutupi) Nur Ilahi pada diri.
Namun justru kebanyakan orang menggunakan ritual - ritual agama untuk menuruti ego/iblisnya, sebab ketidakpahaman akan hakikat agama. Sehingga ritual (sistem ibadah) yang dilakukan bukannya membersihkan hati tapi malah menjadi laku syetan. Termasuk ingin surga sekalipun, itu tetap saja menuruti ego/iblis.
Maka betullah sabda nabi: "tidurnya orang alim (ahli hakikat makrifat), lebih utama dari pada sholatnya orang bodoh." Ya sebab itu tadi, orang yang tidak paham hakikat dan makrifat, segala perbuatannya hanya didasarkan ego/iblis.
Ketika masih awam ya boleh - boleh saja menggambarkan iblis, syetan, dajjal, malaikat, dan lain - lain sebagai sosok tubuh ada kepala dan anggota badan. Kalau iblis dan syetan digambarkan berkobar ada tanduknya, malaikat digambarkan bercahaya ada sayapnya, dajjal digambarkan matanya satu. Semua selalu dianggap wujud dan bentuk materi, bahkan surga dianggap sebagai istana dan bidadari, neraka dianggap kubangan/jurang besar yang berisi api.
Sekali lagi kalau sekedar penggambaran ya silakan saja, untuk mbujuki yang masih berada di level paud atau TK. Tapi kalau sudah puluhan tahun ngaku beragama kok masih mensosokkan kayak gitu ya rasanya tidak pas.
Agama itu ranahnya selalu sifat dan rasa, sebab sifat dan rasa adalah abadi. Agama ranahnya adalah semua yang abadi, bukan sosok, materi, atau fisik. Hanya saja sering di disimbolkan dan ibaratkan oleh para Rasul dengan wujud - wujud fisik dan materi, karena tingkat pemahaman manusia umum masih pada level fisik dan materi. Apa ada manusia yang mau hanya disuruh baik tanpa dibujuki imbalan fisik/materi? Maka akan selalu ada para pembimbing hati yang memahamkan hakikat - hakikat dari semua yg disampaikan para Rasul.
Pahamilah ini dengan kedewasaan jiwa, sambung rasa kepada jiwa Rasulullah. Sehingga kita tidak mungkin menunjuk iblis, syetan, ataupun kafir kepada yang di luar diri kita, sebab itu semua justru kenyataan diri kita sehari - hari. Bahkan manusia suci pun tidak akan menunjuk - nunjuk orang lain.
Maka raihlah kesucian hati untuk memusnahkan segala keburukan tersebut dari diri. KELUARLAH DARI CERITA MENUJU KENYATAAN... ini
No comments:
Post a Comment