Partikel "tuhan" dan Ibrahim
Partikel "tuhan" dan Ibrahim
Peter Higgs (ilmuan atheis) saat ini adalah sosok sentral yang mewakili
keinginan sebagian manusia selama ribuan tahun untuk menguak asal usul
alam semesta (apakah ada keterlibatan Tuhan atau tidak dalam
penciptaannya ) melalui akal dan inderanya. Setelah berpuluh-puluh tahun
Peter Higgs dan ilmuan lainnya bekerja keras, hadirlah sepenggal
kemajuan pengetahuan baru, yaitu penemuan partikel dasar yg lebih kecil
yg diduga merupakan bahan pembentuk materi dan dikenal dg sebutan yang
terdengar tidak sopan, yaitu "partikel tuhan".
Itu adalah
penelitian dan penemuan yang sah (benar), karena alam semesta memang
karyaNYA yg mengandung keagungan ilmu, sedangkan manusia dianugerahi
akal dan indera untuk menganalisa. Penggunaan akal dan indera secara
benar adalah bentuk pelaksanaan perintahNYA, sekaligus juga penghargaan
(rasa syukur) atas anugerahnya itu (yang juga adalah karyaNYA). Dan
setiap ilmu yang benar akan selalu mengandung hikmah. Terlepas dari misi
awal Ilmuan dalam mengadakan penelitian ilmiah, manusia patut
berterimakasih kepada mereka yang dengan penelitiannya itu terus
membuahkan teknologi yang membawa kemudahan hidup. Dan kepada Tuhanlah
segala pujian, karena akal dan indera manusia adalah ciptaanNYA. Dengan
demikian, kemudahan hidup itu sesungguhnya adalah dariNYA.
Sampai dengan peradaban manusia sejauh ini, peran ilmu pengetahuan
inderawi memang telah berhasil membawa kemajuan nyata dalam bentuk
berbagai kemudahan hidup. Dia juga berperan dalam upaya menyelami maha
karya Tuhan, bahwa semakin ditelusuri karyaNYA semakin terlihat
menakjubkan. Hal tersebut akan memunculkan keyakinan, yang memperkuat
kepercayaan (keimanan) bahwa Tuhan memang Maha Besar dan Maha Sempurna.
Akan tetapi, ilmu pengetahuan inderawi yang telah berkembang ribuan
tahun itu bagaimanapun juga tak mampu mengungkap semua misteri yang
terbentang di alam raya ini, apalagi mengetahui hakekatnya. Masih sangat
banyak teka-teki yang belum terpecahkan. Setiap penemuan baru selalu
melahirkan pertanyaan baru yang jumlahnya lebih banyak. Terhadap dunia
materi saja masih belum bisa memahami secara utuh, apalagi terhadap
dunia di luar materi yang mencakup nilai-nilai seperti ekonomi, sosial,
kesehatan, psikologi, dan spiritualisme, ilmu pengetahuan inderawi tadi
bagaikan tak bisa berkata apapun. Alhasil, manusia butuh pengetahuan
yang lain dalam menjalani kehidupannya secara total.
Pada titik
itu manusia (termasuk para ilmuan) yang jauh dari Agama perlu membuka
mata, bahwa dari berbagai informasi – yang benar maupun tidak - yang
bertebaran di sepanjang sejarah manusia sesungguhnya terdapat informasi
yang diklaim oleh para Nabi sebagai informasi yang berasal dari Sang
Pemilik Alam Semesta. Kalau diteliti dengan seksama, niscaya dalam Al
Qur'an (informasi Tuhan yang penulis percayai kebenarannya) itu terdapat
semua kebenaran dan jawaban yang menyeluruh bagi semua aspek kehidupan
manusia. Di dalam Al Qur'an itu, terdapat komunikasi yang luar biasa
antara Tuhan dengan aktivitas manusia, di antaranya dengan telah
terjadinya bukti-bukti kebenaran ayat suci, dan terus akan terbuktikan.
Al Fushilat:53
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami
pada segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi
mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa
sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
Tentang upaya manusia dalam menemukan Tuhan di alam raya melalui
pengetahuan inderawi, sebenarnya hal itu telah diwakili oleh seorang
manusia pada ribuan tahun yang lalu :
(Al An'am: 75 -78)
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan
(Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya)
agar dia termasuk orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, dia
melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi
tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang
tenggelam".
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata:
"Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata:
"Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku
termasuk orang yang sesat".
Kemudian tatkala ia melihat matahari
terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka
tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya
aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya aku
menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Ibrahim telah
berupaya mencari Tuhan dengan mengandalkan pengetahuan inderawinya. Dia
mengagumi benda-benda langit sebagai sesuatu yang luar biasa. Namun
demikian, akhirnya dia yakin bahwa tak ada sosok materi yang layak
diper-Tuhan-kan, kemudian dia menyatakan kepasrahannya kepada Rabb yang
menciptakan langit dan bumi dengan kepercayaan (keimanan) yang utuh atau
tanpa kesyirikan. ( dekatterasing.blogspot.com )
Asal mula perayaan Imlek diawali dengan penemuan sistem kalender oleh Wannian
ReplyDelete